BAB I
PENGERTIAN INFLASI
Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga barang
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
(atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar harga barang-barang lain. Misalnya
kenaikkan harga telur, sedang barang lain konstan tidak dapat disebut inflasi. Tetapi
kenaikkan harga minyak, atau listrik dapat mengakibatkan harga-harga barang
lain menjadi naik. Kenaikan harga minyak dan listrik ini dapat dimasukkan
sebagai pemicu inflasi.
Menurut teori uang klasik, perubahan dalam tingkat harga
keseluruhan adalah seperti perubahan dalam unit-unit ukuran. Karena
sesungguhnya kesejahteraan ekonomi masyarakat bergantung pada harga relatif, bukan
pada seluruh tingkat harga.
Menurut Milton Friedman, inflasi merupakan sebuah fenomena
moneter yang selalu terjadi dimanapun dan tidak dapat dihindari. Inflasi
dikatakan sebagai fenomena moneter hanya jika terjadi peningkatan harga yang
berlangsung secara cepat dan terus-menerus. Pendapat ini disetujui oleh banyak
ekonom dari aliran monetaris (Mishkin, 2004).
Menurut Samuelson (1989) tingkat inflasi dapat yang
ditentukan dengan menghitung selisih tingkat harga tahun tertentu dengan
tingkat harga tahun sebelumnya dan dibandingkan tengan tingkat harga tahun ini
dan dikalikan dengan seratus persen.
.
Perhitungan inflasi dilakukan melalui dua pendekatan yakni
Indeks Harga Konsumen dan Indeks Harga Produsen (IHP). Dalam menghitung secara
umum digunakan rumus :
Dimana
:
π = inflasi.
Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t.
Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya
(t-1).
Dengan menggunakan pendekatan
Agregat Demand (AD) dan Agregat Supply, Inflasi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Inflasi
akibat adanya gejolak pada penawaran terlihat dari bergesernya kurva agregat
supply ke kiri atas. Pergeseran ini terjadi karena meningkatnya biaya produksi
per unit barang akibat naiknya harga input yang diimpor (depresiasi mata uang),
atau naiknya upah.
BAB
II
MACAM-MACAM
INFLASI
Dari
uraian di atas kita sudah dapat menyimpulkan bahwa inflasi yang terjadi di
suatu negara tentu jenisnya berbeda-beda. Hal ini tergantung dari penyebabnya.
Inflasi terbagi atas:
Menurut tingkat keparahan atau laju
inflasi, meliputi:
1. Inflasi
Ringan (Creeping Inflation) : Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10%
setahun.
2. Inflasi
Sedang : Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun.
3. Inflasi
Berat : Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun.
4. Hiper
Inflasi : Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal
ini pernah dialami Indonesia pada masa orde lama.
Menurut penyebab awal inflasi
1. Demand
Pull Inflation
Yaitu
Inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan berbagai barang
terlalu kuat. Untuk ilustrasinya perhatikan kurva di bawah ini.
Penjelasan
: Pergeseran kurva D1-D2 disebabkan adanya penambahan permintaan Q1- Q2 yang
berakibat naiknya harga (P1-P2) jika permintaan bertambah terus (Q2-Q3)
menyebabkan harga akan terus naik (P2-P3), begitu seterusnya. Hal ini akan
menyebabkan kenaikan harga terus-menerus yang menyebabkan terjadinya inflasi.
2. Cost
Push Inflation
Inflasi
yang timbul karena kenaikan ongkos produksi secara terusmenerus. Untuk lebih
lanjutnya perhatikan penjelasan inflasi tersebut dengan kurva di bawah ini:
Penjelasan
: Pergeseran kurva D1-D2 disebabkan adanya penambahan permintaan Q1- Q2 yang
berakibat naiknya harga (P1-P2) jika permintaan bertambah terus (Q2-Q3)
menyebabkan harga akan terus naik (P2-P3), begitu seterusnya. Hal ini akan
menyebabkan kenaikan harga terus-menerus yang menyebabkan terjadinya inflasi.
3. Inflasi
Permintaan dan Penawaran
Inflasi
ini disebabkan kenaikan permintaan di satu sisi dan penawaran di sisi lain.
Timbulnya inflasi karena antara pelaku permintaan dan penawaran yang tidak
seimbang artinya jika permintaan barang bertambah sementara penyediaan barang
mengalami kekurangan.
Berdasarkan Asal Inflasi
1. Domestik
Inflation atau inflasi yang berasal dari dalam negeri. Inflasi ini terjadi karena
pengaruh kejadian ekonomi yang terjadi di dalam negeri, misalnya terjadinya
defisit anggaran belanja negara yang secara terus menerus di atas dengan
mencetak uang. Hal ini menyebabkan jumlah uang yang dibutuhkan di masyarakat
melebihi transaksinya dan ini menyebabkan nilai uang menjadi rendah dan harga
barang meningkat.
2. Imported
Inflation atau inflasi yang tertular dari luar negeri. Inflasi ini disebabkan
oleh kenaikan harga barang ekspor seperti teh dan kopi di luar negeri (negara
tujuan ekspor), harganya mengalami kenaikan dan ini membawa pengaruh terhadap
harga di dalam negeri.
BAB III
MENGAPA INFLASI
TIMBUL ?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi
disuatu negara diantarnya:
Dari
sudut pandang ekonomi, pada prinsipnya inflasi itu terjadi karena tidak adanya
keserasian antara laju pertambahan uang dan tingkat pertumbuhan barang dan
jasa. Apabila jumlah uang beredar meningkat, sedangkan produksi barang dan jasa
tetap, maka hal ini cenderung akan mendorong terjadinya inflasi.
Namun
demikian, dari uraian tentang jenis-jenis inflasi dapat diidentifikasikan
faktor-faktor penyebab terjadinya inflasi, yaitu antara lain :
Naiknya
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.
Ketika pemerintah menaikkan gaji
pegawai negeri sipil (PNS), biasanya diikuti dengan kenaikan permintaan barang
dan jasa. Bila kenaikan besarnya permintaan ini tidak diimbangi dengan
penambahan volume barang dan jasa di pasar, maka hal ini akan berakibat pada
naiknya harga barang dan jasa. Kenaikan gaji PNS ini pada dasarnya
mengidikasikan adanya kenaikan jumlah uang yang beredar. Jenis inflasi ini disebut
demand-pull inflation.
Kenaikan
biaya produksi.
Pada waktu pemerintah menaikkan
harga Bahan Bakar Minyak (BBM), maka harga barang-barang di pasar juga akan
meningkat. Mengapa? Ka rena kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan biaya
produksi, akibatnya perusahaan juga menaikkan harga jual barang dan jasanya.
Disini terjadi cost-push inflation.
Defisit
anggaran belanja (APBN).
Defisit APBN yang ditutup dengan
percetakan uang baru oleh Bank Indonesia, akan berakibat pada bertambahnya
jumlah uang beredar.Dimana hal ini akan berdampak pada
kenaikan harga barang dan jasa.
Menurunnya
nilai tukar rupiah.
Menurunnya nilai tukar terhadap
valuta asing, seperti US dollar, Yen, Deutche Mark, akan berdampak pada semakin
mahalnya barang-barang produksi impor. Hal ini berakibat pada kenaikan biaya
produksi.
Faktor uang dan barang/jasa seperti diuraikan diatas memang
berdampak langsung terhadap inflasi. Bla ditelusuri, maka sumber penyebab
inflasi dapat juga berasal faktor-faktor sosial dan politik. Sebagai contoh,
adanya berbagai kerusuhan sosial seperti yang terjadi akhir-akhir ini, juga
memberikan dorongan terhadap laju inflasi. Berbagai kerusuhan sosial yang
terjadi menyebabkan rasa tidak aman pada penduduk, sehingga mendorong mereka
untuk membeli barang-barang dalam jumlah besar dari kebutuhan.
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang terjadi di seluruh
negara di dunai. Inflasi tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang saja,
seperti Indonesia, tetapi terjadi juga di negara-negara maju pada umumnya
seperti Eropa Barat, Amerika Serikat, dan Jepang, harga barang-barang secara
umum relatif stabil, dimana tingkat inflasi relatif rendah, berkisar antara 3%
- 5% per tahun. Sedangkan di negara-negara berkembang pada umumnya, tingkat
inflasi sangat berfluktuatif dan relatif lebih tinggi dari tingkat inflasi di
negara-negara maju. Hal ini berkaitan juga dengan keadaan ekonomi, dan
sosial-politik yang relatif belum stabil.
Sehingga
agar inflasi tidak semakin buruk, perlu adanya upaya untuk menekan inflasi,
diantaranya :
§ Menjaga
keserasian antara laju penambahan uang beredar dengan laju pertumbuhan barang
dan jasa. Penambahan
jumlah uang beredar harus dilakukan secara proporsional dengan tingkat
pertumbuhan penawaran barang dan jasa. Di samping itu, jumlah uang beredar
senantiasa harus dipantau dan dikendalikan. Beberapa instrumen yang dapat
digunakan oleh pemerintah (Bank Indonesia guna mengendalikan jumlah uang
beredar adalah: Politik operasi pasar terbuka (Open Market Operation);
§ Politik
diskonto dan bunga pinjaman;
serta Politik mengubah cadangan minimal bank-bank umum pada Bank Indonesia.
Selain itu perlu dilakukan pengawasan pinjaman secara selektif maupun
Pembujukan moral (moral suation).
§ Menjaga
kestabilan nilai tukar mata uang. Nilai tukar rupiah yang cenderung merosot terhadap mata
uang asing, akan mendorong laju inflasi. Mengapa? Sebab negara kita masih banyak
mengimpor barang-barang modal dan juga bahan baku produksi. Jika mata uang
rupiah meroset, maka harga barang-barang impor untuk kebutuhan produksi menjadi
lebih mahal. Hal ini berati akan menaikkan biaya produksi, yang selanjutnya
akan menaikkan harga barabf dan jasa di pasar.
§ Melakukan
intervensi pasar.
Pada masa-masa tertentu dapat terjadi lonjakan terhadap permintaan
barang-barang dipasar, seperti menjelang hari raya Idul Fitri dan Natal.
Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus, karena dapat menyulut kenaikan harga
barang-barang pada umunya. Kenaikan harga barang-barang secara temporer memang
tidak dapat disebut inflasi.
SUMBER
:
ocw.usu.ac.id/.../sep_204_slide_minggu_ke_-_15_:_inflasi.pdf
terimakasih atas materinya yaaa.
ReplyDelete